Sejarah Pondok Pesantren Balerante (PP. Al-Jauhariyah)
Pondok Pesantren Al-Jauhariyah adalah salah satu Pesantren tertua
di Cirebon, Jawa Barat. Pesantren tersebut dulunya hanya bernama Pesantren
Balerante (Pesantren yang terletak di Desa Balerante).
Pesantren Balerante berdiri tepatnya pada Sultan ke-5 Keraton
Kasepuhan Cirebon, yakni pada abad ke XII. Lokasi pesantren berpindah-pindah
dari luas tanah 7 Ha yang merupakan wakaf dari Keraton Kasepuhan Cirebon. Pada
masa Sunan Gunungjati lahan tersebut sempat dijadikan padepokan, terbukti bahwa
nama Balerante adalah diambil dari bale yang di rantai
hasil rampasan perang dengan Galuh, sampai sekarang pun bale tersebut
masih ada dan di simpan di komplek pemakaman Sunan Gunungjati. Menurut beberapa
sesepuh, pada zaman Sunan Gunungjati tanah Balerante dijadikan tembikar.
Oleh para pendahulunya Pesantren Balerante dijadikan suatu pusat
penempaan dalam pendalaman ilmu, baik ilmu lahir maupun bathin. Penempaan ilmu
thoriqoh adalah merupakan tujuan akhir setelah para santri diberi pembekalan
masalah ilmu syari’at dengan berbagai macam didalamnya.
Pesantren Balerante di dirikan pada tahun 1779 M. oleh KH. Romli
atau Ki Buyut Romli, beliau adalah salah seorang keturunan dari Kasultanan
Kasepuhan Cirebon.
Sepeninggal beliau, pengasuhan Pesantren ini dilanjutkan oleh
Putranya yang bernama KH. Abdul Majid yang lahir pada tahun 1823 M. sampai
dengan tahun 1897 M. Dan dilanjutkjan oleh putranya yang bernama KH. Ilyas bin
KH. Abdul Majid, atau lebih dikenal dengan nama KH. Jauhar Arifin lahir tahun
1871 M. sampai tahun 1941 M. Kemudian Pesantren ini dikenal dengan nama Pondok
Pesantren Al-Jauhariyah. Nama Al-Jauhariyah sendiri diambil dari nama Pengasuh
Pesantren Balerante pada generasi ke-5 yaitu KH. Jauhar Arifin.
Sepeninggal KH. Jauharul Arifin kepemimpinan Pesantren dilanjutkan
oleh Putra Pertamanya yang bernama KH. Ridhwan Jauhar, sampai tahun 1975 M. dan
dilanjutkan oleh adiknya yang bernama KH. Amin Jauhar hingga tahun 1982 M.
Kemudian dilanjutkan oleh adiknya yang mempunyai nama asli Husein Al-Habsi sebelum kemudian nama beliau diganti di Makkah dengan nama KH. Abdulah Bafaqih atau lebih
dikenal dengan nama KH. Faqih Jauhar hingga tahun 2001 M.
Sepeninggal KH. Faqih Jauhar, pengasuhan Pondok Pesantren Al-Jauhariyah
dipimpin oleh putranya yang bernama KH. Muhammad Faqih Jauhar hingga
saat ini.
MENGENAL TOKOH UTAMA ULAMA PONDOK PESANTREN BALERANTE (PP. AL-JAUHARIYAH) pada masa
setelah Kiai Abdul Majid :
K.H. MUHAMMAD JAUHARUL ARIFIN (wafat 1941/1942
M)
Kepopuleran Kiai Jauhar disejajarkan dengan tokoh Kiai Besar pada
masanya. Ini terbukti bahwa beliau pernah berguru di Tanah Suci Makkah bersama
teman-temannya antara lain : Abdul Wahab Hasbullah Jombang, Hasyim Ays’ari
Jombang, Bagir Yogjakarta, dan lain-lain. Bersama teman-teman beliau inilah KH.
Jauhar Arifin belajar di tanah suci kepada ulama-ulama besar Makkah diantaranya
adalah As-Syekh Mahfudz bin Abdillah At-Tarmasi Al-Makki penyusun Kitab
Mauhibah Dzil Fadhol dan Manhaj Dzawin Nazhor yang hampir dipelajari oleh
setiap santri di seluruh Indonesia, Asia Tenggara dan Negara-negara lain.
Pada masyarakat Cirebon dan sekitarnya melihat sosok Kiai Jauhar
lebih banyak pada hal supranatural (Khorikul Adat), setiap kali penulis bertemu
dengan ustadz atau kiai yang mengenal dari kakek-kakek mereka atau yang pernah
berguru kepada beliau menceritakan keanehan supranatural Kiai Jauhar.
Aktivitas istikomah Kiai Jauhar disamping ibadah, mengajar adalah
menulis, tulisannya sangat banyak dan pada generasi berikutnya tidak terawat
sehingga hanya tersisa satu Risalah yang berjudul Risalah Sabilil Huda Fi
al-Jumuah Wa Fi al-Roddi Ala Man Manaa al-Muadah, dicetak pertama di pekalongan
dan kedua di tasikmalaya dan mendapat pengantar (takhqiq) dari Syeikh Mahmud
Abdul Jawad, ulama pengajar di Masjid Nabawi Madinah. Tulisan ini ditulis
dengan bahasa arab yang berisi hujjah akan muadah (Sholat Dzuhur setelah Sholat
Jum’at) jika terjadi terbilangnya (dua atau lebih) masjid sholat jumat dalam
satu balad, dan keutamaan hari dan malam jumat. Kepakaran Kiai Jauhar adalah di
bidang Ushul Fiqih dan Mantiq (logika).
Nama guru-guru beliau di Makkah dan Madinah sebagaimana diutarakan
oleh Kiai Said Yamani adalah:
-
Syeikh Muhammad Amin
-
Syeikh Muhammad Ridwan al-Madani, disebut
syeikh Dalail al-Khairat
-
Syeikh Said Ali Al-Yamani
-
Syeikh Mahfudz bin Abdillah al-Tirmasi al-Makki
Nama-nama guru beliau ini dijadikan nama untuk anak-anak beliau.
Murid-murid beliau sangat banyak, terutama para kiai yang sekarang
menjadi kiai sepuh di Jawa Barat, diantaranya :
1. K.H.Amin Sepuh, Babakan Ciwaringin (pernah menjadi lurah santri)
2. K.H.
Hasbullah, Winong Gempol Ciebon
3. K.H.
Habib Syeikh, Jagasatru Kota Cirebon
4. K.H.Syatori, Arjawinangun Cirebon
5. K.H.
Abdullah, Marageni Tegalgubug Cirebon
6. KH.
Amir, Lumpur Losari Cirebon
7. KH.Badruzzaman, Mama Biru Tarogong Garut
8. KH.
Muhyiddin, Jambu Dipa Cianjur
9. KH.
Asikin, Malausma Majalengka
Menurut informasi dari salah satu Kiai Sepuh di Cirebon
menceritakan bahwa santri-santri cirebon dan sekitarnya setelah mesantren pada
Kiai Cholil Bangkalan Madura, mereka diamanati untuk tetap mengaji kepada Kiai
Jauhar Balerante Cirebon, sehingga walaupun mereka sudah menjadi kiai yang alim
di daerahnya, mereka tetap ngaji mingguan kepada Kiai Jauhar. Hal ini
menunjukkan tingginya keilmuan beliau di antara kiai-kiai Cirebon pada masanya,
wallahu alam.
sekitanya ada yang tahu apa di desa balerante ada yg bernama umar sanusi kartawiguna
ReplyDeleteMaaf klo dri kturunan beliau ada yg d daerah bandung, cimahi ngga
ReplyDelete